Minoel: Menyederhanakan Kerumitan dengan Tulisan

Judul Buku: Minoel

Penulis: Ken Terate

Genre: Teenlit

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal Buku: 272 halaman

Rating: 4/5

Minoel: cover depan

Minoel: cover depan

Minoel: cover belakang

Minoel: cover belakang

Kata orang, cinta butuh pengorbanan. Kata orang, cinta berarti memberi

Hanya karena berkorban demi cinta, Minoel menjadi gila. Hanya karena memberi semuanya untuk cinta, Minoel sampai butuh terapi. Terapi tentu saja hal yang sangat mewah untuk gadis miskin sepertinya. Bisa sekolah gratis saja sudah beruntung. Pun dia harus bergabung dengan orkes melayu di kampungnya sebagai penyanyi dangdut yang dipandang sebelah mata oleh orang-orang. Semua itu tidak mudah bagi gadis remaja seperti Minoel. Yang miskin. Yang mempunyai Mamak suka mengomeli nasib. Yang tinggal di desa terpencil di Gunungkidul. Yang cacat.

Minoel tidak sempurna. Memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, tetapi kasus Minoel lain. Sering sakit-sakitan waktu bayi membuat kakinya mengecil dan tak pernah tumbuh seiring bertambahnya waktu. Ingin seperti remaja lainnya, Minoel pun ingin punya pacar. Yola, sahabatnya, suka gonta-ganti pacar semudah ganti baju. Lilis, sahabat dan juga sepupunya, yang tidak lebih cantik saja bisa punya pacar yang dianggap teman-teman sekolahnya keren. Tetapi semua itu susah bagi Minoel mengingat kakinya.

Akang, seorang pemuda yang terkenal berandalan meminta Minoel menjadi pacarnya. Minoel senang bukan kepalang. Akhirnya ada juga yang mau menerima dia apa adanya. Sahabat-sahabat Minoel tidak ada yang setuju dengan keputusan Minoel. Termasuk Dewa dan Mbak Novi, teman dan guru nyanyinya.

Semua yang dikatakan orang-orang tentang Akang itu salah. Bagi Minoel, Akang adalah anak rapuh yang butuh perhatian. Akang menceritakan keadaan keluarganya pada Minoel. Tentang ibunya yang jadi TKW, tentang pamannya yang ‘tidak normal’, tentang bapaknya yang entah ke mana. Semua itu membuat Minoel iba dan memutuskan menyayangi Akang dengan tulus. Minoel pikir yang Akang butuhkan adalah itu semua.

Sampai suatu hari Akang berubah. Lelaki itu mulai bertingkah kasar dan tidak masuk akal. Akang sering berbuat kasar jika sekali saja Minoel melakukan kesalahan yang terasa ‘sepele’. Misalnya, lupa membalas SMS, berboncengan dengan cowok lain yang adalah teman sekolah padahal untuk kepentingan sekolah, dan lain sebagainya. Akang juga mulai meminta bayaran-bayaran Minoel dari lomba menyanyi dan manggung bersama orkes melayunya dengan dalih ‘disimpan untuk masa depan’.

Minoel pun hanya menurut saja. Dia pikir sudah baik Akang mau menerima dia yang miskin, bodoh, dan cacat. Jadi, sudah semestinya Minoel harus menerima kelakuan Akang yang buruk. Lagipula, memangnya ada yang mau jadi pacar Minoel selain Akang? Menurut Minoel, bisa punya pacar berarti kamu sudah layak dicap keren.

Jika hanya meminta uang atau pulsa sih Minoel tidak mengapa. Tetapi lama-lama Akang mulai meminta yang lain-lain dan mengancam Minoel. Menuduh Minoel tidak setia jika tidak mau memberikannya. Minoel baru tahu pengorbanan sebuah cinta bisa begitu besar. Akankah ia harus memberikan SEGALANYA untuk cintanya?

Lewat teenlit Minoel yang ditulis oleh Ken Terate ini kita dapat mengetahui betapa rumitnya kehidupan remaja di kampung terpencil. Tentang konsep pacaran, tentang masa depan yang bahkan suram. Mana berani Minoel memikirkan kampus mana yang akan ia pilih saat ia lulus SMA? Untuk hidup saja sudah susah.

Melalui tulisan Minoel memulai terapinya. Melalui tulisan akhirnya Minoel bisa tersenyum kembali. Cara tulisan menyederhanakan kerumitan hidup Minoel membuat saya terbius dan segera menyelesaikan membacanya. Saya menghabiskannya dalam waktu sehari semalam. Alurnya selalu membuat penasaran.

Ada banyak hal yang dapat diambil setelah membaca teenlit ini. Seperti genre-nya: teenlit. Ceritanya pasti tentang remaja. Hanya yang aku suka dari karya-karya Ken Terate adalah tulisannya selalu bermutu dan memang ‘remaja’ sekali. Seperti misalnya, pacaran. Remaja yang keren selalu punya pacar. Sebelumnya saya juga berpikir begitu (meski saya bukan remaja lagi, hehehe). Tetapi setelah membaca buku ini kayaknya nggak apa-apa deh nggak punya pacar saat remaja.

Bagaimana kalau pacarmu aneh? Bagaimana kalau pacarmu psikopat? Bagaimana kalau pacarmu kasar? Lebih parah lagi, bagaimana kalau pacarmu menghancurkan masa depanmu?

Lamongan, 23 Juli 2015

dian.

6 thoughts on “Minoel: Menyederhanakan Kerumitan dengan Tulisan

  1. Eh ini reviewnya keren banget… membuat saya penasaran soalnya penggambarannya keren sekali :hehe. Sip, sip. Kayaknya novel ini, meski mengambil tema remaja, punya nuansa yang agak “berat” soalnya nilai-nilai serta pelajaran yang dibawakan dalam novel ini terasa banget. Menarik untuk mengetahui apakah tokoh yang hidupnya prihatin sejak awal akan prihatin sepanjang jalan cerita dan apakah prihatin juga pada akhirnya :hehe. Tapi saya setuju, menulis itu sangat, sangat menyembuhkan. Pada hemat saya, banyak orang yang sudah membuktikan itu.

    Like

Leave a reply to Gara Cancel reply